UPAYA MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI LORJUK
SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH DAN PANGAN INDONESIA
Kelik Perdana Windra Sukma1

1. Guru Biologi MA Al Amin Putri I, Pragaan Sumenep Madura

Abstrak
Lorjuk merupakan jenis kerang yang banyak digunakan sebagai bahan pangan. Species lorjuk di Indonesia belum dintentukan sampai saat ini. Penggunaan lorjuk sebagai bahan pangan dapat mengancam keberadaan lorjuk, sehingga karya tulis ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana upaya yang perlu dilakukan agar keberadaan lorjuk sebagai sumber plasma nutfah dan sumber pangan Indonesia dapat dipertahankan. Berdasarkan studi literatur didapatkan bahwa keberadaan Lorjuk dapat dipertahankan dengan domestikasi dan pengembangan budidaya serta pelestarian ekosistem pantai yang salah satunya dengan pengelolaan ekosistem mangrove yang baik.

Kata kunci : Lorjuk, domestikasi, budidaya, ekosistem, mangrove.

A.  Pendahuluan
Lorjuk merupakan jenis kerang yang banyak digunakan sebagai bahan pangan. Lorjuk digunakan sebagai bahan campuran pembuatan rengginang, keripik, kacang goreng dan soto. Keberadaan lorjuk pada makanan tersebut memunculkan citarasa tersendiri dan menambah nilai dari makanan tersebut. Lorjuk memiliki gizi yang tinggi. Anonima (____) menyebutkan lorjuk memiliki 18 asam amino sekitar 81% dari berat kering, diantaranya  aspartat, treonin, serin, glutamat, prolin, glisin, alanin, sistin, valin, metionin, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, lisin, histidin, triptofan dan arginin. Asam amino merupakan penyusun protein yang penting bagi proses pertumbuhan dan sumber energi mahluk hidup termasuk manusia.
Lorjuk hidup di daerah intertidal, yaitu daerah pasang surut pantai. Trisyani dan Irawan (2008) menyebutkan bahwa di pantai timur Surabaya, lorjuk lebih menyukai pantai yang mengandung yang banyak mengandung substrat berpasir dibanding substrat berlumpur. Kemelimpahan lorjuk terbesar tejadi pada bulan Juni sampai September. Kerang sejenis lorjuk di Amerika dapat ditemukan pada 20 -60 kaki dibawah permukaan pasir (Lassuy and Simons, 1989).
Lorjuk dikenal juga dengan sebutan kerang bambu atau kerang pedang karena bentuk cangkang yang menyerupai bambu atau pedang. Beberapa species kerang bambu yang dikenal diantaranya Ensis macha, Ensis ensis, Ensis americanus, Solen fonesii, Solen vagina, Solen viridis dan sebagainya (Bloomer, 1905 ; Hasanah et al., 2011; Anonimb, ___ ). Kerang ini dapat ditemukan di pantai barat Benua Eropa dan pantai selatan Benua Afrika dan Benua Amerika. Di Indonesia, kerang ini (lorjuk) terdapat di daerah pantai timur Surabaya dan pantai selatan Pulau Madura. Lorjuk juga ditemukan di daerah kepulauan Riau. Lorjuk di pantai selatan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bangkalan (Madura) dan pantai timur Surabaya memiliki ukuran jauh lebih kecil dengan kerang bambu di daerah Eropa. Sampai saat ini species dari Lorjuk belum ditentukan.
Lorjuk sampai saat ini belum bisa dibudidayakan, sehingga masyarakat memperoleh langsung dengan menangkap / mencari lorjuk di habitatnya. Penangkapan lorjuk yang berlebihan dan tanpa memperhatikan kondisi habitat lorjuk dapat merusak habitat lorjuk yang pada akhirnya akan menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu, karya tulis ini akan membahas bagaimana upaya mempertahankan keberadaan lorjuk sebagai sumber plasma nutfah dan sumber pangan Indonesia.

B.  Cara Mempertahankan Eksistensi Lorjuk
Lorjuk yang merupakan anggota Bivalvia (kerang-kerangan) mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis-jenis kerang yang lain sehingga tetapi upaya mempertahankan species ini bisa mengadopsi dari upaya mempertahankan jenis kerang yang lain seperti kerang mutiara (Pinctanda sp.) dan kerang hijau (Perna viridis) yaitu dengan domestikasi dan pengembangan budidaya (Anonimc. ___ ). Lassuy and Simons (1989) menyebutkan domestikasi dapat dilakukan melalui beberapa tahap penelitian meliputi kondisi ekologis ekosistem pantai yang merupakan habitat dari kerang bambu dan siklus hidup kerang.  Proses dimulai dengan mempersiapkan lahan kemudian meletakkan kerang yang diinginkan pada lahan tersebut. Lahan tempat domestikasi harus memiliki suhu lingkungan, kadar garam, aerasi dan substrat yang serupa dengan habitat asli kerang tersebut. Peletakan kerang terhadap lahan tersebut juga perlu ditentukan waktu yang tepat bagi kerang untuk menyesuaikan pada lingkungan baru sehingga informasi tentang waktu pertumbuhan dan reproduksi kerang sangat diperlukan untuk meminimalisir tingkat mortalitas kerang akibat stress di lingkungan baru. Dari proses domestikasi ini dapat lebih diketahui perilaku dari kerang sehingga langkah pengembangan budidaya dapat lebih disempurnakan.
Domestikasi membutuhkan waktu yang lama, sementara penangkapan Lorjuk semakin meningkat. Sementara usaha domestikasi dilakukan, keseimbangan ekosistem pantai juga perlu dilestarikan. Pelestarian ekosistem pantai dapat dilakukan dengan pelestarian ekosistem mangrove. Kerusakan ekosistem mangrove dapat menyebabkan punahnya beberapa species yang bergantung pada keberadaan mangrove (Rochana, ___). Ekosistem mangrove adalah suatu ekosistem yang terdiri atas komunitas pantai tropik, didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Vegetasi mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, diantaranya : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen tersebut tidak mengganggu kehidupan terumbu karang. Ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang. Ketiga kosistem tersebut juga menjadi tempat migrasi atau tempat mampir organisme-organisme perairan, dari hutan mangrove ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya (Kaswadji, 2001).
Rochana (___) menyebutkan bahwa pengelolaan ekosistem mangrove meliputi tiga isu utama yaitu  isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan perangkat hukum. Isu ekologi meliputi dampak ekologis intervensi manusia terhadap ekosistem mangrove baik yang sudah maupun yang akan terjadi. isu sosial ekonomi mencakup aspek kebiasaan manusia (terutama masyarakat sekitar hutan mangrove) dalam memanfaatkan sumberdaya mangrove baik langsung maupun tidak langsung seperti  kegiatan industri, tambak, perikanan tangkap, dan pembuangan limbah. Pemerintah sebagai regulator dan controller harus mampu membuat aturan hukum yang adil dan tegas untuk menjaga keseimbangan ekosistem mangrove, sehingga pada akhirnya masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga mangrove yang secara langsung ataupun tidak menopang kehidupan ekonomi mereka.
Jika pengelolaan mangrove dapat dilakukan dengan baik didukung oleh pemerintah, perangkat hukum dan masyarakat makan keseimbangan ekosistem mangrove akan tetap terjaga/ Keseimbangan ekosistem mangrove yang mapan akan mendukung keberadaan organism-organisme di sekitarnya termasuk populasi lorjuk.


C.  Kesimpulan
Upaya mempertahankan keberadaan Lorjuk dilakukan dengan domestikasi dan pengembangan budidaya dan pelestarian hutan mangrove yang mendukung stabilitas habitat lorjuk.

D. Daftar Pustaka
Anonima. ____. Bab IV. Hasil Penelitian. Download dari www.digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_413.../F_413_Bab%20IV.pdf  pada tanggal 1 Maret 2011.

Anonimb.____.Ensis americanus. diunduh dari www.europe-aliens.org/pdf/Ensis_americanus.pdf pada tanggal 1 Maret 2011.

Anonimc. ___. Pengembangan Kerang Hijau. diunduh dari www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Ikan%20Laut/budidaya_tiram.pdf pada tangga; 1 Maret 2011

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Bloomer, H. H. 1905. On The Anatomy of Ensis macha, Solen fonesii and S. Viridis. diunduh dari www.mollus.oxfordjournals.org pada tanggal 1 Maret 2011.

Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

Lassuy, D. R. and D. Simons. 1989. Species Profiles : Life Histories and Environmental Requirements of Coastal Fishes and Invertebrates ( Pacific Northwest). Pasific Razor Clams. USA: National Wetland Research Center.

Rochana, E. ___. Ekosistem Mangrove dan Pengelolaannya di Indonesia. diunduh dari www.irwantoshut.com pada tanggal 1 Maret 2011.

Trisyani, N dan B. Irawan. 2008. Kemelimpahan Lorjuk (Solen vaginalis) di Pantai Timur Surabaya. Ilmu Kelautan. 13(2):67-72


1 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 OASIS PAMEKASAN / Template by : Urangkurai